Kalimat Dasar Bahasa Indonesia

1.      Pengertian Kalimat
Kalimat adalah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Kalimat merupakan satuan bahasa kecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak mengandung unsur subjek dan unsur predikat maka kata itu bukanlah sebuah kalimat melainkan sebuah frasa.
2.      Unsur-unsur Kalimat
Dalam menuliskan sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka kita harus ketahui unsur-unsur yang biasa dipakai dalam sebuah kalimat. Dalam bahasa Indonesia digunakan aturan SPO atau SPOK (Subjek, Predikat, Objek atau Subjek, Predikat, Objek, Keterangan).
3.      Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktur inti, belum mengalami perubahan. Penambahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibagi menjadi delapan tipe sebagai berikut :
-          Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya :
·         Mereka /  sedang berenang.
     S                 P (kata kerja)
·         Ayahnya / guru SMA.
      S              P (kata benda)
-          Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar ini memiliki unsur subjek, predikat, objek. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif atau kata sifat, objek berupa nomina atau frasa nominal. Misal :
Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.
      S                   P                         O
-          Kalimat Dasar Berpola S P Pel
Kalimat dasar ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan pelengkap berupa nomina atau adjectiva. Misalnya :
Anaknya / beternak / ayam.
      S                P        Pel
-          Kalimat Dasar Berpola S P O Pel
Kalimat dasar ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif,objek berupa nomina atau frasa nominal dan pelengkap berupa nomina atau adjectiva. Misalnya :
Dia / mengirimi / saya / surat.
  S          P          O        Pel
-          Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
Mereka / berasal / dari Surabaya.
      S            P              K
-          Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
    S                P              O                   K
-          Kalimat Dasar Berpola S P Pel K
Kalimat dasar ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitive atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjectiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
Ungu / bermain / music / di atas panggung.
    S           P        Pel               K
-          Kalimat Dasar Berpola S P O Pel K
Kalimat dasar ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau adjectiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
  S          P           O         Pel           K


Sumber :





Kalimat Dasar Bahasa Indonesia

1.      Pengertian Kalimat
Kalimat adalah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Kalimat merupakan satuan bahasa kecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak mengandung unsur subjek dan unsur predikat maka kata itu bukanlah sebuah kalimat melainkan sebuah frasa.
2.      Unsur-unsur Kalimat
Dalam menuliskan sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka kita harus ketahui unsur-unsur yang biasa dipakai dalam sebuah kalimat. Dalam bahasa Indonesia digunakan aturan SPO atau SPOK (Subjek, Predikat, Objek atau Subjek, Predikat, Objek, Keterangan).
3.      Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktur inti, belum mengalami perubahan. Penambahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibagi menjadi delapan tipe sebagai berikut :
-          Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya :
·         Mereka /  sedang berenang.
     S                 P (kata kerja)
·         Ayahnya / guru SMA.
      S              P (kata benda)
-          Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar ini memiliki unsur subjek, predikat, objek. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif atau kata sifat, objek berupa nomina atau frasa nominal. Misal :
Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.
      S                   P                               O
-          Kalimat Dasar Berpola S P Pel
Kalimat dasar ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan pelengkap berupa nomina atau adjectiva. Misalnya :
Anaknya / beternak / ayam.
      S                P            Pel
-          Kalimat Dasar Berpola S P O Pel
Kalimat dasar ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif,objek berupa nomina atau frasa nominal dan pelengkap berupa nomina atau adjectiva. Misalnya :
Dia / mengirimi / saya / surat.
  S          P                O        Pel
-          Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
Mereka / berasal / dari Surabaya.
      S              P                           K
-          Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
    S                P                              O                   K
-          Kalimat Dasar Berpola S P Pel K
Kalimat dasar ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitive atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjectiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
Ungu / bermain / music / di atas panggung.
    S           P            Pel                             K
-          Kalimat Dasar Berpola S P O Pel K
Kalimat dasar ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau adjectiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
  S          P                 O                    Pel           K


Sumber :





DIKSI ATAU PILIHAN KATA


Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti “pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)”.
Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik dalam pilihan kata, maka diksi yang baik harus memenuhi syarat-syarat seperti :
-          Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
-          Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
-          Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif, dan mudah dimengerti.
Syarat-syarat pemilihan kata :
1.      Makna Denotatif dan Konotatif
a.      Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami perubahan makna.
Contoh :
-          Mas Parto membeli susu sapi.
-          Dokter bedah itu sering berpartisipasi dalam sunatan masal.
b.      Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotatif yang mengalami penambahan.
Contoh :
-          Bu Marcela sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat. (lintah darat = rentenir)
2.      Makna Umum dan Khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya.
-                Makin luas ruang lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.
-                Makin sempit ruang lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin dikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.
Misalnya :
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat, dll. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan. Sedangkan, kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan sepat.
3.      Kata Abstrak dan Kata Konkret
Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindera disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap pancaindera, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.
4.      Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Misalnya kata cermat dan cerdik, kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata itu tidak persis sama benar.
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.
5.      Kata Ilmiah dan Kata Populer
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Misalnya, kata “final” pada kata ilmiah berarti “akhir” pada kata popular.


Sumber :

RAGAM BAHASA


Bahasa  mengalami perubahan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan :
1.      Media pengantarnya atau sarananya, yang terdiri atas :
a.      Ragam Lisan
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau member sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang tidak standar, misalnya dalam percakapan antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
-          Memerlukan kehadiran orang lain
-          Unsur dramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
-          Terikat ruang dan waktu
-          Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara
Kelebihan ragam bahasa lisan :
-          Dapat disesuaikan dengan situasi
-          Faktor efisiensi
-          Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsur lain berupa tekan dan gerak anggota badan agar pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimic, dan gerak-gerak pembicara
-          Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakannya
-          Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur
-          Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi audit, visual, dan kognitif.
Kekurangan ragam bahasa lisan :
-          Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana
-          Penutur sering mengulangi beberapa kalimat
-          Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan
-          Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
b.      Ragam Tulis
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun yang nonstandard. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Sedangkan ragam tulis yang nonstandard dapat kita temukan dalam majalah remaja, iklan atau poster.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
-          Tidak memerlukan kehadiran orang lain
-          Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap
-          Tidak terikat ruang dan waktu
-          Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Kelebihan ragam bahasa tulis :
-          Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan
-          Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat
-          Sebagai sarana memperkaya kosakata
-          Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
Kekurangan ragam bahasa tulis :
-          Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna
-          Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual
-          Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
2.      Situasi dan pemakaian
Ragam bahasa baku dapat berupa :
a.      Ragam Bahasa Baku Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
b.      Ragam Bahasa Baku Lisan
Dalam penggunaan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walau demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis berdasarkan tata bahasa dan kosa kata :
1.      Tata Bahasa
a.      Ragam Lisan
-          Nia sedang baca surat kabar.
-          Mereka tinggal di Menteng.
b.      Ragam Tulis
-          Nia sedang membaca surat kabar.
-          Mereka bertempat tinggal di Menteng.
2.      Kosa kata
a.      Ragam Lisan
-          Ariani bilang kalau kita harus belajar.
-          Kita harus bikin karya tulis.
b.      Ragam Tulis
-          Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.
-          Kita harus membuat karya tulis.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standard an nonstandar.
3.      Ragam Bahasa Keilmuan
Menurut Sunaryo, (1994 : 1), bahwa dalam berkomunikasi perlu diperhatikan kaidah-kaidah berbahasa, baik yang berkaitan kebenaran kaidah pemakaian bahasa sesuai dengan konteks situasi, kondisi, dan sosio budayanya.
Ragam bahasa keilmuan mempunyai ciri :
a.      Cendekia : mampu digunakan untuk mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat.
b.      Lugas dan jelas : digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat.
c.       Gagasan sebagai pangkal tolak : digunakan dengan orientasi gagasan. Hal itu berarti penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan, tidak pada penulis.
d.      Formal dan objektif : komunikasi Ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi formal. Hal ini berarti bahwa unsur-unsur bahasa Indonesia yang digunakan dalam bahasa Indonesia keilmuan adalah unsur-unsur bahasa yang  berlaku dalam situasi formal dan resmi.

Sumber :